Kolaborasi Gotong Royong: Rakyat Memilih Pemimpin Nasional-Negarawan

Oleh : Baharuddin Bayu (Pegiat Demokrasi Sul-Bar) 

Sulbarupdate.com, – Reformasi yang dilancarkan oleh gerakan mahasiswa Indonesia, telah membawa kejatuhan pada presiden Soeharto. Bagaikan sesuatu yang mustahil tokoh yang begitu terkenal dan kokoh dengan berbagai macam masalah, dan familiar dengan senyumnya yang manis ternyata bisa dijatuhkan oleh gelombang moral mahasiswa.

Apalagi pemimpin yang pernah berkuasa selama 32 tahun di negeri ini bahkan dikenal sebagai orang yang cerdas dan cerdik dalam strategi politik, bisa menumbangkan resim Soekarno serta menikung kawan-kawan jenderalnya di militer, dan akhirnya hari Kamis tanggal 21 Mei 1998 Soeharto pun lengser.

Namun, kita lihat dan harus mewaspadai bahwa yang lengser adalah pribadi Soeharto, namun resimnya masih saja tertancap dalam keruang-ruang birokrasi pemerintahan.

Kini mulai menguak, saat menjelang Pileg dan Pilkada serentak 2024 nanti, justru kembali menjadi sorotan adalah politik dinasti dan politik uang. Isu sarah dijadikan strategi untuk menang bahkan bermunculan pula para putra-putri pimpinan partai dengan nama besar orang tua di belakangnya dan para aktivis yang pernah berjuang di era reformasi.

Mungkin para aktivis tujuannya untuk tetap kembali berjuang seperti saat reformasi dimenangkan atau keluarga cikeas yang akhir-akhir ini muncul kembali tujuannya jelas, ingin mengembalikan kekuasaan dan popularitas keluarga yang mulai redup, tak lupa juga keluarga Cendana yang pernah berkuasa 32 tahun bermunculan kembali walaupun tak sekuat dahulu lagi, bahkan ada pula putri pimpinan partai yang masi tetap ngotot untuk dicalonkan atas dasar perjuangan wong cilik walaupun agak terlalu memaksakan diri juga sih, hehehe. Kita tunggu saja di tahun 2024 ke mana arah demokrasi kita?

Banyak generasi muda dalam hal ini Mahasiswa Indonesia telah membuktikan dirinya sebagai warga bangsa yang peduli terhadap keadaan bangsa dan negaranya. Dan tetap berdiri kokoh sebagai gerakan moral pro-pembaharuan dan perubahan.

Dengan hati bersih dan jiwa yang ikhlas tulus sepenuhnya untuk diabdikan kepada bangsa dan negara, harus diakui bahwa selama 32 tahun di bawa resim Orde Baru telah terjadi pemecah belahan kekuatan-kekuatan masyarakat bangsa.

Terjadi pen-devide et impera-an pada semua kekuatan-kekuatan politik mahasiswa, ormas sampai kepada ormas keagamaan sekalipun. Kini zamannya demokrasi, sudah seharusnya politik devide et impera apalagi terhadap sesama bangsa sendiri harus ditinggalkan bahkan dibuang jauh-jauh.

Kita bangun Indonesia Baru dengan semangat kolaborasi dan gotong royong persaudaraan sebagai sesama anak bangsa. Buang jauh-jauh arogansi kekuasaan, bakar hangus nafsu keserakahan dan kubur dalam-dalam sifat KKN. Karena ancaman terpecahnya persatuan dan kesatuan bangsa di pelupuk mata.

Kita sama-sama membangun dan menjaga semangat para pendahulu semangat perjuangan reformasi dan tetap optimis harapan masyarakat ada kepada para pemimpin yang akan bertarung di 2024 dan yang terpenting semangat juang itu terus kita nyalakan bersama-sama sebagai bangsa yang humanis yang cinta akan persaudaraan dan gandrung akan persatuan.

Mengutip kata pendiri bangsa, “Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sendiri sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka.”**