Kades Indobanua Kecewa dengan Pemprov Sulbar

Kepala Desa Indobanua, Ahmadia bersama warganya.(ist)

Kades Indobanua ,Ahmadia .(ist)SulbarUpdate.com, MAMASA– Kepala Desa Indobanua, Ahmadia, merasa disepelekan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Barat (Sulbar).

Desa Indobanua masuk dalam wilayah Kecamatan Mambi, Kabupaten Mamasa yang berbatasan dengan Kecamatan Ulumanda, Kabupaten Majene.

Kekecewaan Kades Indobanua bukan tanpa alasan. Menurutnya, Pemprov Sulbar tidak serius mengurusi wilayah terpencil. Dibuktikan dengan beberapa persoalan pembangunan yang tidak maksimal, bahkan terkesan diabaikan.

“Kami kecewa dengan sikap Pemprov Sulbar. Utamanya pembangunan jalan dan jembatan,” tegas Amhadia, Rabu (22/03/23).

Dirinya juga menyoroti Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang seharusnya sudah dinikmati oleh warga desa. Tetapi sampai tahun ini hanya disuguhkan pemandangan tiang-tiang listrik yang tumbang di pinggir jalan.

“PLN juga ini sudah dua tahun masuk tapi hanya tiang-tiangnya saja. Beberapa sudah tumbang dengan kabel-kabelnya yang berserakan di jalan,” tambahnya.

Setumpuk Persoalan di Desa Indobanua

Dari keterangan yang dihimpun dari Kepala Desa Indobanua, Jurnalis Sulbar Update mencoba mencari fakta di lapangan. Ada tiga persoalan yang seharusnya diprioristaskan oleh Pemprov Sulbar. Yang pertama adalah kondisi ruas jalan Salutambung -Urekang.

Sejak terbentuknya Sulawesi Barat, jalan yang menjadi penghubung antara Kabupaten Majene dan Kabupaten Mamasa tersebut belum banyak mengalami perubahan.

Walau penuh krikil tajam dan lumpur tanah merah, warga Desa Indobanua tetap melintasi jalan tersebut. Sebab satu-satunya akses menuju Ulumanda atau Mambi.

Dari keterangan warga lokal, mereka sangat kesulitan beraktifitas akibat kondisi ruas jalan yang sangat buruk. Jarak tempuh hanya sepuluh kilometer dari ibu kota Kecamatan Mambi yang seharusnya membutuhkan waktu singkat tetapi memakan waktu dua hingga 3 jam.

“Kalau musim hujan kadang kami harus jalan kaki ke pasar. Apalagi kalau banyak longsor kami harus bergotong royong dengan alat seadanya agar kendaraan bisa melintas. Sering juga pikul motor pak,” curhat Arham salah seorang pemuda di Desa Indobanua.

Bukan tanpa alasan mereka kecewa. Terbukti dengan kasus yang meyeret mantan Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Sulbar pada tahun 2020 lalu atas dugaan penyalah gunaan anggaran pekerjaan jalan Salutambung-Urekang senilai 1,4 Miliar.

“Kami merasa di anak tirikan,” pungkas Arham saat ditemui di Dusun Palado Desa Indobanua beberapa waktu yang lalu.

Jembatan Mangkrak di Sungai Aralle dan Urekang

Poteret warga Indobanua menyebrangi Sungai Aralle.(ist)

Proyek gagal, tepatnya begitu. Pembangunan jembatan di Sungai Aralle dan Sungai Urekang yang sampai saat ini hanya sepasang tiang lapuk dimakan usia.

Tahun 2017 lalu, warga Desa Indobanua beramai-ramai menyambut kabar gembira tersebut. Tetapi kenyataannya, mereka hanya dijadikan tumbal oleh pelaksana proyek. Mereka tidak diberi upah kerja. Dan mirisnya lagi mereka tak bisa menikmati jembatan impian mereka.

Padahal sungai Aralle dan sungai Urekang adalah jalan utama warga. Mereka harus membuat rakit dari bambu untuk menyebrang. Bahkan harus bertaruh nyawa dengan arus sungai yang deras.

Warga sedang menyebrangkan Motor dengan rakit bambu. Nampak juga beton bekas pengerjaan jembatan yang mangkrak.(ist)

PLN Hanya Baring di Jalan

Satu lagi yang kami dapati di Indobanua. Mereka mengandalkan alat penerangan seadanya. Pembangkit Listrik Tenaga Air dari Dana Desa.

Tahun 2019 lalu Perusahaan Listrik Negara mulai masuk ke desa. Seperti di Kecamatan Ulumanda, tetangga Desa Indobanua.

Bedanya adalah, di Ulumanda bisa dibilang sukses tetapi di Indobanua hasilnya nol persen.

Hasil wawancara dengan Kepala Desa dan beberapa warga lokal, mereka merasakan kekecewaan yang berulang-ulang kali.

“Sudah dua tahun pak, kami mau pasang meteran tetapi tiangnya masih banyak yang tumbang. Dan sampai saat ini masih begitu saja,” kesal warga yang enggan disebutkan namanya.

Katanya listrik masuk desa, nyatanya di Indobanua hanya tiang listrik baring di jalan.

Pesan Kades Untuk Gubernur Sulbar

Kepala Desa bercerita bahwa sampai saat ini masih banyak material longsor yang sudah bertahun-tahun tidak di bersihkan.

“Banyak titik yang sampai saat ini masih buntu. Yang saya kesalkan kenapa alat berat yang ditugaskan membersihkan jalan provinsi tidak pernah sampai ki desa kami,” ucap Madi, sapaan akabranya.

Ia berharap pemeliharaan jalan harus dituntaskan oleh Pemprov. Karena menurutnya hal tersebut menyangkut keberlangsungan hidup masyarakat.

“Kami minta agar Pemprov serius dengan harapan kami ini. Semoga tahun ini ada pembersihan jalan poros Mambi-Ulumanda,” tutupnya.

Penulis : Shaleh Muhammad Sr