Candu AMAN yang Begitu Kuat

Malam Penutupan Pendidikan Kader Penggerak AMAN Sulsel 2022.(Ist)

Tidak ingin lama-lama bergelut dengan tulisan ini karena ada candu untuk AMAN yang begitu kuat. (Shaleh Muhammad Sr) 

Majene – Ulunna Mandak-Mandak, di tanah Pullao Pamoseang adalah bahasa Ibu mereka yang sejak awal mempunyai kekuasaan atas daur hidup sendiri. Dari tanah subur memberi janji masa depan dan air Mandak jadi sumber kehidupan.

Di sana laksana Surga turun ke Bumi, airnya mengalir hingga bibir pantai dimana asal muasal persekutuan yang malahirkan Mandar.

Pullao Urekang, sebelum kekacauan adalah bagian wilayah adat Pamoseang. Setelahnya hanya nama, namun masih berdiri kokoh sebagai sejarah yang jadi sandaran anak Ibunya.

Tiga paragraf di atas hanyalah pemanis ulasan ini, tidak untuk dibaca berkerut dahi. Terang dalam wajah Indonesia masyarakat adat meminta pengakuan dan perlindungan hak. Negara 77 tahun ini belum sepenuhnya hadir atas tanah, hutan, air yang jadi pijakan Pancasila.

Pada tanggal 17-22 Maret 1999, untuk pertama kalinya, dilaksanakanlah Kongres Masyarakat Adat Nusantara. KMAN I menghasilkan Pandangan Dasar Kongres Masyarakat Adat Nusantara 1999 tentang “Posisi Masyarakat Adat terhadap Negara” yang dengan keras menegaskan bahwa Masyarakat Adat telah lebih dulu ada sebelum adanya negara, oleh sebab itu “Jika Negara Tidak Mengakui Kami, maka Kamipun Tidak akan Mengakui Negara”.

Pada saat itu KMAN I juga menetapkan definisi kerja bagi Komunitas Masyarakat Adat sebagai “Komunitas-Komunitas yang hidup berdasarkan asal-usul leluhur secara turun-temurun di atas suatu wilayah adat, yang memiliki kedaulatan atas tanah dan kekayaan alam, kehidupan sosial budaya yang diatur oleh hukum adat, dan lembaga adat yang mengelola keberlangsungan kehidupan masyarakatnya”.

Sejak tahun 1999 gerakan AMAN memperjuangkan masyarakat adat telah tumbuh subur, begitu juga di wilayah Sulawesi Selatan dan Barat.

Selain di Selatan Sulawesi Pengurus Daerah AMAN Majene dan Mamasa di Sulawesi Barat kini mulai menentukan nasibnya sendiri. Di Mamasa telah disahkan Peraturan Daerah tentang Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat adat sedang Majene telah jadi Ranperdanya. Walau begitu Rancangan Undang-Undang (RUU) masih dalam tekanan, Negara belum memberikan pengesahan.

23 tahun umur AMAN tahun ini. Kongres ke VI (enam) ditetapkan di Wilayah Adat Tabi Provinsi Papua tanggal 24-30 Oktober 2022. Disana akan dintentukan Sekjen AMAN.

Pada selebaran undangan bertuliskan, Bersatu Pulihkan Kedaulatan Masyarakat Adat untuk Menjaga Identitas Kebangsaan Indonesia yang Beragam dan Tangguh Menghadapi Krisis. Sebuah tugas dan tanggung jawab kiranya AMAN akan emban.

Dari Ulunna Mandak-Mandak penulis tidak berhenti bergerak maju. Sebagai kader penggerak AMAN Sulsel tahun 2022, segala cara tetap ditempuh untuk menjaga bumi dan mengatur jaman.

Di bawah kepemimpinan Zardi Razak, AMAN Sulsel berhasil menyelenggarakan Pendidikan Kader Penggerak pertama sejak tahun 1999. Sebuah program yang telah menuntun keterpanggilan jiwa bagi mereka yang habiskan sepuluh hari di Arangangia, Gowa.

Sardi Razak (Ian). (ist)

Pada saat itu banyak jiwa yang masih tak tentu arah. Termasuk saya yang sedang bermain dengan pena.

Tidak ingin lama-lama bergelut dengan tulisan ini karena ada candu untuk AMAN yang begitu kuat.

Dari Ulunna Madak-Mandak, ada gerakan dan harapan untuk Kongres AMAN yang ke enam. Mars kader penggerak telah mewakili kami yang tidak bisa menapak Wilayah Adat Tabi.

Selamat Berkongres, ribuan orang yang hadir menapaki Sentani adalah wajah dan suara jutaan kami seluruh Masyarakat Adat Nusantara.

PD AMAN Majene Menuju Kongres

 

Aco Bahri Mallilingan. (ist)

Pengurus Daerah AMAN Majene telah hadir nama baru. Terpilih sejak beberapa bulan lalu, Aco Bahri Mallilingan bersama Sardi Razak, Ketua Wilayah Sulawesi Selatan berhasil memasuki ruang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Majene. Dengan demikian Ranperda Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Adat di Kabupaten Majene telah siap untuk disahkan.

“Kita tinggal menunggu, tahun ini akan disahkan,” singkat Aco Bahri kepada penulis.

Berangkat ke lokasi kongres tentu membawa banyak harapan. Dari penyampaian Ketua Aco Bahri, secara umum harapan PD AMAN Majene dalam mengikuti kongres adalah sebagai berikut;

a. Ikut mengkaji perkembangan organisasi, serta melakukan penataan struktur gerakan di dalam Aliansi Masyarakat Adat Nusantara.

b. Ikut Merumuskan sikap dan pandangan masyarakat adat tentang tatanan baru hubungan negara dengan masyarakat adat menuju kedaulatan dan otonomi untuk menentukan kehidupan sosial, budaya, politik, ekonomi dan religius masyarakat adat di Indonesia.

c. Melakukan dialog-dialog yang konstruktif dengan pemerintah dan kekuatan-kekuatan politik nasional lainnya untuk membangun kesepahaman mengenai hak-hak masyarakat adat untuk berdaulat secara politik, mandiri secara ekonomi dan bermartabat secara budaya.

d. Mengkonsolidasikan gerakan Masyarakat Adat di Indonesia sebagai bagian dari masyarakat sipil dan membangun hubungan sinergis dengan kelompok-kelompok gerakan yang lebih luas, baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional, untuk mendorong percepatan pengakuan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak masyarakat adat sebagai hak asasi manusia,
demokratisasi dan pelestarian lingkungan hidup.

e. Membangun mekanisme informasi dan komunikasi antar komunitas adat maupun dengan pihak luar mengenai issue-issue penting yang berkaitan dengan eksistensi dan dukungan terhadap masyarakat adat di seluruh nusantara.(shm)