Advokat Muda Sulbar Siap Dampingi Aktivis HMI, Kritik Keras Kinerja Polres Polman

Takbir S.H [Advokat Muda Sulawesi Barat]
Takbir [Advokat Muda Sulawesi Barat]

POLEWALI MANDAR – Lebih dari dua bulan berlalu sejak rumah aktivis HMI dan mahasiswa Hukum Tata Negara IAIN Parepare, Ahmad Fauzi Said, dilempari batu oleh puluhan orang bercadar. Namun, kasus ini masih mandek tanpa tersangka jelas. Fauzi geram dan kecewa berat atas lambannya penanganan aparat.

“Saya sudah berulang kali memberikan keterangan, tapi tidak ada tindakan nyata. Saya sampai harus menunda studi dan kini menyapkan berkas untuk laporan ke Propam Polda Sulawesi Barat, agar kasus ini segera diusut tuntas,” tegas Fauzi, Jumat, (31/5).

Peristiwa penyerangan terjadi pada dini hari 22 Maret 2025 di Desa Batetangnga, Kecamatan Binuang. Puluhan pelaku bercadar melempari rumah Fauzi hingga salah seorang temannya, Henra, terluka parah di kepala.

Di tengah kekecewaan itu, IPTU Iwan Rusmana, Kanit Pidum Sat Reskrim Polres Polman, saat dihubungi melalui WhatsApp (1/6), mengaku pihaknya kesulitan mengungkap pelaku karena wajah para pelaku tertutup cadar. “Kasus tetap kami tangani dan kami upayakan semaksimal mungkin,” katanya.

Namun pernyataan itu tak mampu meredam kritik keras dari advokat muda Sulbar, Takbir, S.H. Ia menilai sikap lamban dan minimnya progres aparat bukan hanya mempermalukan institusi kepolisian, tapi juga membuka pintu bagi kegaduhan dan kekerasan yang lebih besar.

“Ini bukan soal pribadi Fauzi saja. Ini soal integritas penegakan hukum yang kini dipertaruhkan. Jika pelaku penyerangan yang jelas melanggar hukum tidak segera ditindak, maka aparat sama saja memberi lampu hijau bagi siapa pun untuk menggunakan kekerasan demi membungkam kritik. Ini preseden buruk yang akan merusak sendi-sendi demokrasi dan supremasi hukum di Sulawesi Barat. Jangan biarkan impunitas tumbuh subur di tanah ini! Kami siap dampingi korban sampai ke meja hijau dan menuntut keadilan tanpa kompromi,” tegas Takbir (2/6).

Ia menambahkan, kegagalan polisi mengungkap pelaku justru akan memicu ketidakpercayaan publik dan berpotensi mengobarkan konflik sosial yang lebih luas.

Berbagai elemen mahasiswa dan organisasi sipil kini menuntut agar kasus ini segera diusut secara transparan dan pelaku dibawa ke pengadilan. Bagi Fauzi, ini bukan hanya soal keamanan dirinya, tapi juga tentang masa depan kebebasan dan hak asasi di Sulawesi Barat. (*)