Sharenting Kian Marak, Orang Tua Wajib Bijak

Novita Maulidya Jalal,M.Psi.,Psikolog

[Dosen Fakultas Psikologi UNM, Ketua Asosiasi Psikologi Pendidikan Indonesia Wilayah Sulawesi]

MAKASSAR,— Fenomena sharenting telah menjadi topik diskusi di berbagai kalangan. Studi 2019 oleh University of Michigan menunjukkan bahwa 75% dari orang tua Amerika membagikan foto atau cerita tentang anak-anak mereka di media social,serta sekitar 50% dari mereka mengunggah konten ini setidaknya sekali sebulan. Hasil survei oleh Pew Research Center pada 2018 juga menunjukkan bahwa sekitar 81% orang tua di Amerika Serikat menggunakan media sosial, dengan banyak dari mereka membagikan informasi tentang anak-anak mereka.
Sharenting, atau kebiasaan orang tua membagikan foto, video, dan informasi tentang anak mereka di media sosial, semakin marak di era digital ini. Meskipun bertujuan untuk mendokumentasikan momen berharga dan berbagi kebahagiaan dengan keluarga serta teman, fenomena ini juga membawa berbagai dampak yang perlu diwaspadai.

Berbagai macam motif yang melatar belakangi makin maraknya Sharenting
1. Kemajuan Teknologi dan Media SosialPerkembangan teknologi dan penetrasi internet yang luas memudahkan orang tua untuk berbagi momen secara instan.Banyaknya platform media sosial seperti Facebook, Instagram, dan TikTok memberikan berbagai opsi bagi orang tua untuk membagikan konten.
2. Kebutuhan Sosial
Dukungan Sosial Orang tua sering kali mencari dukungan, validasi, dan pujian dari komunitas online. Koneksi dengan Keluarga dan Teman: Media sosial memungkinkan orang tua yang tinggal jauh dari keluarga besar untuk tetap terhubung dan berbagi perkembangan anak mereka.
3. Budaya Dokumentasi
Ada dorongan sosial untuk menunjukkan kebahagiaan dan keberhasilan keluarga di platform publik.

Dampak Negative dari Sharenting
Sebuah penelitian oleh Barclays pada 2018 memperkirakan bahwa pada tahun 2030, sharenting akan bertanggung jawab atas dua pertiga pencurian identitas yang terkait dengan anak-anak, dengan biaya sebesar $667 juta per tahun.
Anak-anak merasa tidak nyaman dengan informasi pribadi mereka yang dibagikan tanpa izin. Mereka menginginkan lebih banyak kontrol atas identitas digital mereka.
Penelitian oleh AVG Technologies menunjukkan bahwa 92% dari anak-anak di Amerika Serikat sudah memiliki jejak digital sebelum mereka berusia dua tahun, sebagian besar disebabkan oleh unggahan orang tua di media sosial.

Cara Bijak dalam Berbagi Konten tentang Anak
1. Pikirkan Privasi dan Keamanan Anak
Hindari Informasi Sensitif, jangan membagikan detail seperti alamat rumah, sekolah, atau aktivitas harian anak.Gunakan Pengaturan Privasi untuk mengatur akun media sosial agar hanya orang-orang terdekat yang bisa melihat konten yang dibagikan.
2. Libatkan Anak dalam Keputusan
Minta Izin jika anak sudah cukup besar, minta izin mereka sebelum membagikan foto atau informasi tentang mereka. Didik anak tentang pentingnya privasi dan bagaimana mereka bisa melindungi informasi pribadi mereka.
3. Berbagi dengan Bijak
Pilih dengan hati-hati momen-momen yang benar-benar layak dibagikan.Jangan merasa perlu membagikan setiap momen kehidupan anak di media sosial.

Dengan kesadaran dan kehati-hatian, orang tua dapat tetap menikmati kebahagiaan berbagi momen berharga dengan anak tanpa mengorbankan privasi dan keamanan mereka. Fenomena sharenting, jika dikelola dengan bijak, dapat menjadi sarana positif untuk menghubungkan keluarga dan teman, sekaligus menghormati hak dan privasi anak.(*)