Suara Parau Dari Indobanua—Mamasa Kepada Jokowi

MAMASA,—Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo dijadwalkan akan menggelar kunjungan kerja (Kunker) di provinsi Sulawesi Barat pada 22 April 2024.

Ada beberapa Kabupaten di Sulawesi Barat yang akan dikunjungi. Selain Kabupaten Mamuju dan Polewali Mandar, salah satu kabupaten yang masuk dalam daftar list kunjungan adalah kabupaten Mamasa.

Beragam sorotan menyambut issue kehadiran Jokowi di Kabupaten Mamasa, ada harapan juga sikap pesimis. Salah satunya hadir dari Pemuda desa Indobanua. Desa terakhir yang menjadi perbatasan Kabupaten Mamasa dan Kabupaten Majene. Rahmatullah S.H.

Melalu whatsapp, Pemuda yang akrab disapa Tenk, berharap kunker Presiden Jokowi di Kabupaten Mamasa bukan sekadar penggugur kewajiban saja, apalagi hanya sekadar pencitraan diakhir masa kepemimpinannya sebagai orang 01 di Indonesia. Ia berharap kehadiran Jokowi berdampak positif bagi kemajuan Kabupaten Mamasa.

“Saya ucapkan selamat datang di Kabupaten Mamasa kepada Presiden Jokowi Widodo.
Tentu kita semua berharap kunjungan Presiden Joko widodo membawa dampak postif terhadap kemajuan daerah. Kita berharap beliau dapat melihat secara langsung kondisi di Kabupaten ini,” tegasnya, Ahad (21/4/24).

Tenk, menegaskan agar Jokowi tidak menutup mata dan menutup telinga terhadap sejumlah persoalan yang terjadi di Kabupaten Mamasa. seperti devisit anggaran, tunggakan gaji honorer, juga keluh kesah masyarakat di daerah-daerah terpencil di kabupaten Mamasa, termasuk Indobanua.

“Kondisi di Mamasa sangat memprihatinkan, seribu satu macam persoalan mendera Kabupaten ini. Mulai dari defisit anggaran yang menjadi alasan tidak dibayarkannya gaji para tenaga kontrak, hingga penerangan dan akses jalan adalah persoalan yang harus segera diselesaikan. Utamanya kami yang berada di Indobanua,” tambahnya.

Ia berharap, kedatangan presiden setidaknya membawa angin segar untuk Desa Indobanua. Sebab Indobanua juga bagian dari Indonesia.

“Telah menjadi rahasia umum bahwa desa kami merupakan salah satu desa yang paling terisolir di kabupaten ini, sampai hari ini, kami krisis penerangan. Tiang listrik hanya menjadi pajangan saja, sekian tahun berdiri tapi sama sekali tidak berfungsi. Begitu juga dengan akses jalan, telah menjadi tonton sehari-hari, kami masyarakat menandu orang sakit hingga puluhan kilometer,” tutup Tenk.